Sobat IDNTrailer, kali ini kita bakal masuk ke kisah horor psikologis yang nggak cuma bikin lo loncat karena jumpscare, tapi rela bikin lo mikir berkali-kali tentang apa yang ada di balik bayangan dan refleksi diri sendiri. Film Sukma bukan horor murahan—ini horor dengan bumbu drama keluarga, misteri, dan cermin kuno yang tampak sepele tapi efeknya dalam. Siap-siap gelas airnya ditaruh jauh-jauh, karena yang bakal lo tonton ini bikin deg-degan sambil sedikit merem-merem.
Bayangin: lo dan keluarga pindah ke rumah baru di kota kecil, harapan hidup tenang tinggi. Tapi keheningan itu mulai pecah ketika lo menemukan sebuah ruang rahasia dalam rumah yang selama ini tampak aman. Di sudut ruang, ada cermin tua, gelap, retakan halus di kaca, refleksi samar-samar yang kayak bukan cuma pantulan biasa. Sebuah benda di mana bayangan masa lalu bisa ikut tinggal lama, bayangan takut yang lo sendiri nggak paham dari mana datangnya.
Cepat atau lambat, setiap anggota keluarga mulai merasakannya: suara langkah kaki di lorong yang kosong, bayangan perempuan tua yang muncul di sudut kamar, bisikan yang nggak jelas sumbernya, refleksi di cermin yang kadang tampak hidup sendiri. Semua itu ngebuat lo bertanya: apa yang sebenarnya cermin itu? Apakah benda itu hanya alat untuk menyalurkan ketakutan masa lalu? Atau malah punya kekuatan supernatural yang nggak dikawal manusia?
Yang bikin tambah seru: pemeran utamanya bukan orang baru di ranah horor. Luna Maya sebagai Arini, Christine Hakim sebagai Ibu Sri, Fedi Nuril, Oka Antara — nama-nama ini bikin ekspektasi tinggi. Apalagi disutradarai oleh Baim Wong, dan ditulis oleh Ratih Kumala yang punya reputasi dalam menulis cerita dengan emosi kuat. Jadi, sambil merinding, lo bakal ngerasa dihantam ke manusia yang punya rasa takut, punya kesalahan, punya trauma. Bukan cuma takut karena misalnya lampu mati – tapi takut karena masa lalu belum kelar, hubungan keluarga belum tuntas, dan refleksi diri yang pernah lo sembunyikan.
Siapin nyamuk bakar, siapkan selimut, dan jangan lupa matiin lampu (tapi hidupkan sedikit, jangan total gelap)—karena Sukma bakal ngajak lo masuk ke dunia di mana cermin itu bukan hanya untuk lihat wajah lo, tapi mungkin lihat jiwa lo.
Isi Sinopsis Film & Tokoh-Tokohnya
Sobat, ini dia detail lengkap dari perjalanan horor & psikologis Sukma, siapa saja tokohnya, dan bagaimana rahasia di balik cermin kuno itu terkuak.
Tokoh Utama & Peran Mereka
- Arini (Luna Maya) — Ibu yang mencoba memulai hidup baru setelah badai perceraian. Pindah ke kota kecil bersama putranya Iyan dan pasangan baru Pram. Arini punya harapan untuk hidup lebih damai, tapi di sisi lain dia dibayang-bayangi trauma masa lalu, rasa kehilangan, dan rasa takut yang belum sembuh.
- Hendra (Fedi Nuril) — Mantan suami Arini. Hubungan mereka kandas, tapi kehadirannya kembali justru memperburuk ketegangan. Hendra di film ini juga punya sisi psikologis—ada indikasi gangguan kejiwaan yang membuat dinamika mereka semakin rumit.
- Pram (Oka Antara) — Pasangan baru Arini yang tampak baik, suportif, dan penuh harapan. Tapi dia juga harus menghadapi kenyataan bahwa pindah bukan cuma soal rumah baru, tapi soal teror yang ikut pindah dan trauma masa lalu yang terus membayang.
- Ibu Sri (Christine Hakim) — Perempuan tua misterius yang punya keterkaitan kuat dengan cermin kuno. Sosok yang awalnya tampak ramah dan sederhana, tapi rahasia kelamnya bikin suasana makin mencekam. Perannya krusial karena dia menjadi pintu masuk rahasia masa lalu keluarga, dan juga simbol dari obsesi manusia terhadap “masa muda” atau “kecantikan yang abadi”.
- Pemeran pendukung: Kimberly Ryder sebagai Tyas, Asri Welas sebagai Luluk, Anna Jobling sebagai Sari, Khrisna Keitaro sebagai Iyan, dan lainnya yang memperkaya cerita, memperkuat hubungan keluarga, dan membuat horor tidak hanya dari makhluk gaib, tapi dari hubungan antar manusia sendiri. (Wikipedia)
Alur Cerita & Misteri Cermin
- Arini, setelah melalui perceraian dengan Hendra, memutuskan pindah ke rumah baru di kota kecil bersama Pram dan anaknya, Iyan. Tujuannya: mulai hidup baru, tutup lembaran lama. (detikcom)
- Rumah baru itu kelihatan biasa dari luar: bangunan tua, mungkin sedikit berdebu, tapi punya pesona yang bikin nyaman di awal. Namun ada satu ruang rahasia atau gudang tersembunyi yang belum pernah diperiksa sebelumnya. Di sana, Arini menemukan sebuah cermin kuno yang tampak tidak biasa — kaca buram, bingkai tua, dan terkadang refleksinya tampak berbeda dari biasa. (detikcom)
- Setelah cermin muncul, gangguan kecil mulai muncul: suara-suara aneh, bayangan samar di lorong, anaknya Iyan merasa ketakutan, Pram merasakan ada yang “ngintip” dari cermin. Ketegangan itu dibangun perlahan, bukan cuma lewat jumpscare, tapi lewat suasana: lampu yang redup, lorong panjang, cermin yang memantulkan hal yang seharusnya tidak ada. (IDN Times)
- Konflik internal juga muncul: masa lalu Arini dengan Hendra mulai menyusup kembali ke kehidupannya. Hendra yang kembali (atau muncul kembali secara emosional) memperumit hidup barunya, terutama saat dia mulai meragukan apakah pindah dan mulai hubungan baru bersama Pram benar-benar bisa menghapus bayangan luka lama. (detikcom)
- Sosok Ibu Sri menjadi pusat misteri: dia punya hubungan dengan cermin kuno tersebut—bukan hanya sekadar pemilik rumah tua, tapi seseorang yang tahu lebih banyak tentang asal usul cermin. Dia mungkin terlibat ritual atau tradisi lama, atau bahkan punya tujuan mistis: ingin anaknya atau orang lain tetap muda, atau “mengambil kembali” masa muda lewat artefak gaib. Ada unsur obsesi terhadap kecantikan abadi dan ketakutan akan penuaan yang diangkat ke konteks horor. (Orami)
- Puncak film ini adalah ketika kenyataan masa lalu, harapan baru, dan kekuatan mistis cermin bertabrakan. Ibu Sri mulai memperlihatkan sisi kelamnya, Arini digoyang antara rasa takut kehilangan diri sendiri dan rasa tanggung jawab terhadap keluarganya. Adegan-adegan yang menegangkan adalah ketika refleksi di cermin menunjukkan bukan cuma penampakan, tapi seakan perjalanan spiritual atau jiwa yang terjebak di dalamnya. Apakah cermin itu mengundang jiwa, atau mencerminkan rasa bersalah Arini? Pertanyaan seperti itu yang bikin lo nggak bisa santai selama menit-menit klimaks.
- Setelah semua rahasia terbongkar dan ketegangan memuncak, keputusan harus dibuat: apakah Arini mampu menghadapi Ibu Sri, ritual mistis, dan ketakutan dalam dirinya agar membebaskan keluarganya? Ataukah ia harus rela bahwa bayangan masa lalu dan cermin itu akan terus membayang selamanya di hidupnya? Ending film ini menggabungkan horor dan drama, tidak menjawab semua pertanyaan dengan gamblang, tapi cukup membuat lo keluar bioskop sambil berpikir. (kumparan)
Detail Tambahan Produksi & Durasi
- Sutradara: Baim Wong (detikcom)
- Penulis skenario: Ratih Kumala (bersama tim) (detikcom)
- Produksi oleh: Tiger Wong Entertainment & beberapa rumah produksi lainnya (Wikipedia)
- Durasi film: sekitar 1 jam 48 menit (detikcom)
- Rilis: mulai 11 September 2025 di bioskop Indonesia (detikcom)
Kesimpulan & Ajakan Nonton
Sobat IDNTrailer, Sukma bukan sekadar film horor yang mau bikin lo lompat karena suara pintu yang terbanting. Dia lebih ke pengalaman horor yang bikin lo memikirkan banyak hal setelah lampu bioskop menyala kembali. Tentang bagaimana masa lalu lo bisa terus muncul lewat cermin, bagaimana trauma dan penyesalan bisa mengendap dalam diam, dan bagaimana keinginan menjadi “lebih baik” kadang dibuat lebih berat oleh bayangan yang kita sendiri tidak tahu dari mana asalnya.
Kelebihannya? Cerita yang tidak hanya menjual jumpscare, tapi bangun suasana — build-up tiap adegan terasa matang, atmosfer rumah tua yang menakutkan, karakter yang punya luka, bukan cuma hantu dan suara misterius. Luna Maya tampil sebagai Arini dengan ekspresi takut, tanggung jawab, dan penasaran yang membuat lo bisa ikut merasa berada di posisinya. Christine Hakim sebagai Ibu Sri membawa aura misterius yang bikin ketakutan bukan cuma karena dia, tapi karena apa yang dia wakili: rahasia, obsesi, kecantikan, dan rasa takut orang tua menjadi tua. Dan Fedi Nuril, Oka Antara, para pemeran pendukung membawa keluarga Arini jadi terasa nyata—bukan hanya objek horor, tapi manusia dengan cinta, rasa bersalah, dan pengorbanan.
Tapi ya, nggak sempurna juga. Ada bagian pacing yang mungkin terasa lambat bagi yang suka horor langsung ke klimaks. Beberapa adegan bisa terasa agak berulang, terutama saat efek mistis diulang-ulang agar kita makin takut, tapi kadang efek itu malah bikin lo mikir “Kapan selesai ini?”. Meski begitu, Sukma tetap berhasil menjaga ketegangan cukup lama, membuat lo penasaran terus, dan punya ending yang cukup bikin lo keluar bioskop sambil berbicara dalam hati: “Apa yang sebenarnya terjadi? Dan kalau aku di posisi Arini, apa yang akan kulakukan?”
Jadi, apakah Sukma layak lo tonton? Iya banget! Apalagi lo penggemar horor yang suka misteri, introspeksi, and bukan hanya suara jeritan. Ajak teman lo yang suka horor, atau yang takut horor tapi penasaran; atau bahkan ajak keluargamu sekadar buat pengalaman nonton bareng yang bikin deg-deg tapi juga ngobrol panjang setelah film usai. Karena film ini bukan cuma tentang takut dijitak hantu, tapi takut dengan masa lalu dan ketidakpastian yang kita sendiri sering lupakan.
FAQ yang Menarik
Q: Siapa sutradara & penulis film Sukma?
A: Sutradara adalah Baim Wong, dengan skenario yang ditulis oleh Ratih Kumala bersama tim. (detikcom)
Q: Kapan film Sukma mulai tayang di bioskop Indonesia?
A: Film ini resmi rilis sejak tanggal 11 September 2025 di bioskop di seluruh Indonesia. (detikcom)
Q: Siapa saja pemeran utamanya?
A: Pemeran utamanya antara lain: Luna Maya sebagai Arini, Christine Hakim sebagai Ibu Sri, Fedi Nuril sebagai Hendra, Oka Antara sebagai Pram, Kimberly Ryder, Asri Welas, Khrisna Keitaro, Anna Jobling. (detikcom)
Q: Berapa durasi film ini?
A: Sekitar 1 jam 48 menit. (detikcom)
Q: Apa yang membuat Sukma berbeda dari horor Indonesia lainnya?
A: Beberapa kelebihannya: atmosfer yang dibangun perlahan (tidak terlalu mengandalkan jumpscare), konflik keluarga & trauma masa lalu sebagai unsur emosi, dan pertanyaan introspektif tentang obsesi terhadap kecantikan, rasa takut akan penuaan, serta peran cermin sebagai simbol. (IDN Times)
Q: Apakah film ini cocok untuk yang nggak suka horor ekstrem?
A: Mungkin cocok, Sobat. Karena meskipun Sukma punya elemen horor, ceritanya lebih mengutamakan rasa takut yang dibangun suasana dan psikologi karakter, bukan efek-seram terus-menerus. Tapi tetap aja, suasana mencekam dan adegan misterius bisa bikin orang takut. (IDN Times)